LUMAJANG, RINGSATU.Net – Dugaan korupsi di jajaran dunia pendidikan dengan mekanisme belanja barang online melalui SIPLAH di toko Ladang masih misteri , setelah diturunkan berita dengan ditemukan Faktur pembelanjaan barang yang fiktif dari toko Ladang hingga kini menjadi pertanyaan awak media,semua ini atas perintah siapa?.
Bukan main-main, pemotongan dana bos dengan belanja melalui SIPLAH hingga 25 persen seluruh sekolah negeri di Tempursari dinilai angka pemangkasan yang sangat tinggi, 11/7/24
Semuanya dikemas sangat rapi dari pemberitaan sebelumnya bahwa pemilik CV.ATTA JAYA MANDIRI selaku penyedia barang dengan toko ladang yang berada di Tempursari itu bernama Imam Rohadi .S.pd guru PJOK di salah satu sekolah kecamatan setempat.
Dari informasi yang di himpun awak media, Imam Rohadi memberikan jawaban seolah-olah tidak tahu menahu soal pembelian barang ghaib tersebut, imam selaku pemilik CV penyedia barang menyampaikan bahwa.
“Setelah ada pesanan dari sekolah maka saya belanja di malang untuk memenuhi pesanan tersebut,” ucapnya
Akan tetapi temuan di lapangan semua sekolah yang belanja di toko Ladang tidak ada satupun barang yang di kirim, seperti yang disampaikan kepala sekolah yang namanya disamarkan (Juna)”kami memang belanja barang di Siplah melalui toko ladang faktur pembelian ada namun barang tidak ada dan ini fakta, ungkapnya
Pemesanan barang di toko online tujuannya adalah untuk membuat nyaman pihak sekolah dengan dikoordinir menjadi satu dengan di bantu operator kecamatan Ali mutadhlo.SE tujuannya untuk mempermudah pembuatan laporan dan dipastikan bisa cepat selesai dalam pembuatan laporan
Praktek pembelanjaan yang sudah berjalan kurang lebih tiga tahun ini yakni di mulai tahun 2021 hingga 2023 yang menjadi pertanyaan kami apakah kepala dinas pendidikan setempat tidak mendengar kejanggalan ini ? sedangkan kepala KPP (Kantor Pelayanan Pendidikan) Tempursari saat kami konfirmasi melalui telepon seluler hanya menyampaikan “maaf ini siapa ,saya masih di jalan” dan tidak mau memberikan statement apa-apa hingga kini dan cenderung tutup mata tutup telinga.