PAMEKASAN, RINGSATU.Net – Sekolah Tinggi Ilmu Syariah As-Salafiyah (STISA) Pamekasan menggelar wisuda ke-V di Hotel Odaita, Sabtu (21/12/2024).
Sebanyak 51 mahasiswa yang diwisuda saat ini dan mereka berasal dari dua program studi (prodi), yakni hukum ekonomi syariah (HES) dan ada 30 mahasiswa dari prodi hukum keluarga islam (HKI) kemudian 21 mahasiswa dari prodi HES.
Di wisuda ke-V ini dihadiri oleh Ketua Yayasan As Salafiyah Sumber Dhuko KH. Ahmad Mudatsir, para pimpinan STISA, bupati dan wakil bupati terpilih Kabupaten Pamekasan KH. Kholilurrahman dan Sukriyanto, para rektor mitra kerja STISA Pamekasan dan para undangan.
Ketua STISA Pamekasan, Dr. Ali Makki mengatakan bahwa mahasiswa yang diwisuda saat ini merupakan angkatan Covid-19. Kali ini mereka telah sukses menuntaskan dan mengikuti sebagaimana yang ada pada tri dharma perguruan tinggi yaitu, pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat.
“Mereka telah bersusah payah, berkeringat serta bersemangat untuk terus belajar meskipun pandemi Covid-19. Pada waktu itu mengikuti perkuliahan daring,” ujarnya di sela sela sambutannya.
Menurutnya, perjuangan mereka selama empat tahun hingga saat ini telah diwisuda.
“Mereka telah merampungkan kegiatan akademik mulai dari pendidikan awal masuk hingga pada saat ini. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah dimiliki menjadi ilmu yang barokah dan menebar kemaslahatan,” tegasnya.
Selain itu, Dr. Ali Makki menuturkan pengabdian masyarakat di STISA Pamekasan tidak hanya di tingkat lokal namun sudah tingkat internasional.
“Dan itu akan berlanjut terus dengan negara-negara tetangga khususnya, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Karena sudah ada komunikasi baik dengan kami,” imbuhnya.
“Kami mohon doa agar STISA Pamekasan dapat mengemban amanah dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menebar maslahah lil mamah,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan As-Salafiyah Sumber Dhuko Pamekasan KH Ahmad Mudatsir dalam sambutannya menyebutkan bahwa kesempatan mengenyam kuliah tidak menjamin seseorang menjadi kaya, akan tetap menjamin pernah berpikir belajar baik.
“Kesempatan mereka mengenyam kuliah tidak menjamin untuk jadi orang kaya, akan tetapi sesuatu yang dijamin yaitu pernah belajar berpikir baik, pernah belajar berpikir jernih, pernah belajar lurus, tidak bercampur aduk dengan logical fallacy atau sesat fikir. Itu yang dijanjikan perguruan tinggi,” katanya.
Lebih lanjut, KH. Ahmad mengatakan urusan kehidupan spiritual, sosial dan ekonomi, memang dipelajari secara teoritik, namun tidak lantas membuat mahasiswa yang sudah diwisuda menjadi seorang wali apalagi menjadi orang kaya.
“Tetapi cara-cara yang dipelajari itu bisa untuk menuju ke sana (menjadi seorang wali, menjadi orang kaya, red). Jadi, perguruan tinggi menjamin itu. Menjamin pengalaman bahwa kita pernah berpikir baik. Pernah perpikir yang sesuai dengan tuntunan-tuntunan Alquran,” ungkapnya.
Ahmad Mudatsir pun mencontohkan, ketika menilai pada sesuatu, maka harus berpikir adil. Karena adil lebih dekat dengan ketakwaan. “I’diluu huwa aqrabu littaqwaa. Paling tidak, itu yang dijamin oleh perguruan tinggi dengan tri dharma perguruan tingginya,” sebutnya.
Dan pihaknya pun berpesan kepada para mahasiswa yang sudah diwisuda. Mau di mana pun tetap berhubungan baik Sang Khaliq melalui ibadah-ibadah yang wajib dan sunnah, ungkapnya.
“Dan itu jangan ditinggalkan. Jangan mentang-mentang sudah belajar filsafat, kemudian menjauhkan diri dari Allah. Nah ini salah satu tanda-tanda ilmu yang tidak bermanfaat,” tuturnya.
Tak hanya itu, Ahmad Mudatsir mengingatkan, jika ada salah satu alumni yang melanjutkan pendidikan dan menjadi seorang advokat, agar dapat membela orang-orang yang lemah sesuai dengan kapasitas keilmuannya.