SUMENEP, RINGSATU.Net – Setelah lama vakum dari pentas kesenian, grup musik tong-tong legendaris asal pesisir Legung Timur, Kecamatan Batang-Batang, Mega Remmeng, kembali akan tampil memukau di bumi Sumenep, Sabtu 18 Oktober 2025 Malam.
Dalam penampilan bersejarah ini, Mega Remmeng akan mengusung kembali simbol kejayaan masa lalunya: Kuda Terbang Arya Joko Tole atau dikenal sebagai Arya Kuda Panoleh.
Sosok legendaris ini akan menjadi ikon utama yang ditampilkan dengan ciri khas warna, lagu, aransemen, serta tata cahaya unik.
Menariknya, Mega Remmeng tetap mempertahankan konsep warna putih sebagai dasar. Warna itu melambangkan kesucian awal manusia saat lahir ke dunia, sekaligus pengingat bahwa setiap insan membawa fitrah bersih sebelum menghadapi perjalanan kehidupan yang penuh warna.
Grup musik tong-tong ini pertama kali berdiri pada tahun 2006 di Desa Legung Timur. Selama bertahun-tahun, Mega Remmeng menjadi kebanggaan masyarakat pesisir utara Sumenep karena kemampuannya memadukan irama musik tradisional dengan semangat perjuangan dan simbol-simbol filosofis Madura.
Namun, sejak 2013 hingga 2024, grup ini sempat vakum dari panggung utama Festival Event musik Tong-Tong Sumenep dan Madura secara Umum. Meski demikian, semangat seni mereka tak pernah padam. Para personel masih aktif berkarya di sejumlah pertunjukan lokal dengan nama lain seperti Kirmata, bahkan berhasil mencetak prestasi di berbagai daerah.
Kini, setelah satu dekade lebih beristirahat dari sorotan publik, Mega Remmeng kembali bangkit. Kehadirannya menjadi bukti nyata bahwa seni tradisi Madura masih hidup, berdenyut kuat di hati masyarakat Legung Timur dan sekitarnya.
“Kemunculan Mega Remmeng ini untuk membangkitkan kembali jiwa seni anak muda pesisir. Kami ingin menunjukkan bahwa seni adalah bagian dari kehidupan, bukan sekadar hiburan,” ungkap ketua Mega Remmeng, Huri kepada media ini, sabtu 18 Oktober 2025.
Sepanjang kiprahnya, Mega Remmeng mencatat sejarah panjang di panggung Festival Musik Tong-Tong Sumenep.
Berikut beberapa prestasi yang pernah mereka raih.
Tahun 2007, mereka dinobatkan sebagai Dekorasi Terbaik.
Setahun kemudian, 2008, kembali membawa pulang dua penghargaan: Dekorasi Terbaik dan Aransemen Terbaik.
Pada 2009, Mega Remmeng berhasil menjadi Juara Umum.
Sementara pada 2010, grup ini kembali membuktikan kemampuan musikalnya dengan meraih Aransemen Terbaik.
Puncak popularitas mereka berlanjut di 2011 dengan gelar Dekorasi Terbaik (Bintang Tamu).
Setahun kemudian, 2012, mereka tampil mewakili Kabupaten Sumenep dalam lomba tari dan musik di Kota Malang dengan membawa lagu ciptaan sendiri.
Namun pada 2013, grup ini harus menolak undangan tampil sebagai bintang tamu di Event Festival Tong-Tong sumenep karena bentrok jadwal dengan event Pencak Silat Perisai Putih di Jawa Timur.
Meski demikian, di tahun yang sama, Mega Remmeng tetap sempat mewakili Sumenep dalam sebuah acara kabupaten di Tuban.
Setelah masa vakum panjang dari 2014 hingga 2024, semangat Mega Remmeng tak sepenuhnya padam. Mereka tetap aktif di panggung rakyat menggunakan nama Kirmata dan bahkan sempat menjuarai kompetisi musik lokal di Kecamatan Saronggi.
Tahun 2024, mereka kembali tampil di Desa Laden, Pamekasan, dalam ajang PR Jawara Internasional Djaya dan berhasil meraih Juara III.
Kini, pada 2025, mereka siap kembali ke Kabupaten Sumenep dengan tekad memperkaya khazanah kesenian Madura.
Namun. Uniknya, formasi terbaru Mega Remmeng kini didominasi oleh generasi muda. Para pemain muda dari pesisir Legung Timur akan tampil dengan semangat baru, membawa nafas segar bagi perjalanan panjang grup yang sarat sejarah ini.
Selain musiknya yang enerjik, dekorasi khas Mega Remmeng juga menyimpan makna filosofis mendalam. Warna hitam dan putih misalnya, menggambarkan perjalanan manusia dari kesucian menuju ujian kehidupan, lalu kembali bersih saat akhir hayat.
Mahkota berbentuk cakra di Belakang dan Depan Dekorasi menjadi simbol kekuatan dan identitas kerajaan, merepresentasikan cita-cita luhur agar manusia selalu memiliki kendali atas dirinya.
Sementara nama Mega Remmeng sendiri diambil dari kuda perang legendaris Joko Tole, pahlawan Madura yang dikenal mampu menjinakkan kuda liar milik Majapahit.
“Nama Mega Remmeng memiliki sejarah kuat yang tak lepas dari Kabupaten Sumenep. Dari sinilah akar kesenian Madura tumbuh dan berkembang,” tutur H. Supyadi, Owner Makayasa, yang turut hadir di persiapan Festival Tong-Tong tepatnya saat berkunjung ke Dekorasi milik Mega Remmeng.
Menurutnya, tong-tong legendaris ini sudah lama tak terlihat di acara-acara resmi pemerintah, sehingga kehadirannya kembali menjadi penanda penting bagi kebangkitan seni daerah.
“Mega Remmeng adalah ikon yang tak boleh hilang dari sejarah kesenian Sumenep,” tambahnya.
Masyarakat Sumenep pun diyakini tidak akan merasa asing dengan nama besar Mega Remmeng. Sebab, grup ini bukan sekadar pemain musik, tetapi penyambung napas sejarah seni Madura, yang menghubungkan masa lalu penuh kejayaan dengan semangat muda masa kini.
Kembalinya Mega Remmeng di Festival Tong-Tong 2025 ini diharapkan mampu menyalakan kembali api kecintaan terhadap kesenian tradisional.
Dari pesisir Legung Timur menuju jantung Kota Sumenep, dentuman tong-tong mereka akan kembali menggema, menandai babak baru perjalanan seni Madura Tahun ini.
Pantauan media ini, tampak masayarakat yang melihat dekorasi Peserta berkumpul di Dekorasi mega Remmeng untuk mengambil momen penting atas kembalinya sang Legend dari Timur daya Desa Legung timur kecamatan Batang-batang Sumenep.