SAMPANG, RINGSATU.Net – Proyek pembangunan saluran irigasi program percepatan peningkatan tata guna air irigasi (P3-TGAI) di Desa Muktesareh, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, sudah rampung dikerjakan. Minggu, (29/12/2024).
Akan tetapi, proyek yang berasal dari Kemeterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyak (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas yang digarap oleh kelompok himpunan petani pemakai air (Hippa) P3A Muktesareh Jihan itu saat ini sudah terlihat hancur berantakan.
Padahal, menurut informasi yang dihimpun media RINGSATU.Net proyek tersebut baru selesai dikerjakan sekitar dua bulan yang lalu. Namun, kondisinya saat ini memperhatinkan.
Hal itu terlihat saat media RINGSATU.Net pada Kamis (26/12/2024) monitoring kelokasi pekerjakan tersebut kondisinya saat ini sudah rusak. Adapun bentuk kerusakan tersebut terlihat jelas di item pekerjaan lantai dasar saluran mengelupas hingga nampak batu muncul kepermukaan. Kondisi kerusakan tersebut dugaan kuat rendahnya mutu serta kualitas pada pekerjaan proyek yang dibiaya melalui APBN TA 2024 sebesar 195 juta.
Salain kerusakan itu, proyek saluran irigasi tersebut juga dikeluhkan warga setempat. Sebab, adanya bahan material pasir dan batu yang tidak di pindah di lahan pertanian warga hingga berakibat warga gagal menanam padi di sawahnya.
“Ini proyek sekitar 2 bulan yang lalu selesai dikerjakan, tapi sudah rusak. Dan juga sisa pasir dan batu ada di tanah saya tidak dipindah. Sehingga saya tidak bisa menanam padi karena sisa material itu,” keluh warga disekitar lokasi. Kamis, (29/12/2024).
Lebih lanjut, warga juga menyampaikan bahwa dirinya seorang janda tua yang bekerja sendiri mengharapkan musim hujan agar bisa menanam padi untuk mebiayai kehidupan sehari-harinya. Namun, dengan adanya sisa material batu dan pasir proyek saluran yang tidak dipindah dilahan pertaniannya sangat berdampak hingga dirinya gagal menanam padi.
“Saya seorang janda pak, saya berharap musim hujan kali ini bisa membajak sawah. Tapi akibat sisa pasir dan batu yang tidak dipindah jadi saya tidak bisa menanam padi,” keluhnya berulang-ulang.
Sementara itu Moh. Idi, Ketua Hippa P3A Muktesareh Jihan membenarkan keadaan tersebut (red). Dirinya menjelaskan bahwa kerusakan itu terjadi akibat faktor cuaca (curah hujan). Ia juga mengaku terkait kerusakan saluran itu, pihaknya sudah melakukan perbaikan sebanyak tiga kali.
“Betul adanya, saya tidak akan terlantarkan begitu saja. Faktor cuaca biar 3 kali di perbaiki. Bahan memang ada dilahan, yang mau mengerjakan orangnya wafat,” kata Moh. Idi Ketua Hippa Muktesareh Jihan kepada media RINGSATU.Net, Jum’at (27/12/2024).
Kendati demikian, Moh. Idi, akan bertanggungjawab atas kerusakan proyek saluran irigasi dan akan memindah bahan yang ada di lahan pertanian warga.
“Menunnggu waktu dan cuaca yang baik. Tentu saya bertanggunngjawab demi keluarga dan bolo,” paparnya.