Divonis Kanker Ganas, Kaki Seorang Mahasiswa IAIN Pamekasan Terancam Di Amputasi

IMG 20240711 075856
Kondisi Mahasiswi IAIN Pamekasan Terkini, (foto/ist, ringsatu).

PAMEKASAN,  RINGSATU.Net – Seorang gadis asal Dusun Duko, Desa Ambat, kecamatan Tlanakan kabupaten Pamekasan mengidap penyakit tumor ganas.

Gadis manis yang bernama Siti Qomariyah 24 tahun putri dari Muchtar yang memiliki aktivitas guru ngaji di musholla dan petani di pekarangan rumahnya. Siti Qomariyah mempunyai tiga saudara, dia merupakan putri ke dua dari tiga saudara.

Bacaan Lainnya

Siti Qomariyah seorang mahasiswi semester 8 Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Madura mengidap kanker ganas yang terancam diamputasi.

Muchtar sang orang tua dari Siti Qomariyah, saat ditemui dirumahnya mengatakan, putrinya ini mengidap penyakit tumor ganas oleh pihak dokter di RSUD Smart Panglegur Pamekasan, pasalnya saat dia membawa putrinya ke RSUD Smart untuk melakukan pengobatan pada kaki Siti dari pihak RSUD Smart dikatakan untuk secepatnya ke RS.dr. Soetomo Surabaya, karena penyakit yang diderita putri tidak dapat diatasi di RSUD Smart

Mendengar, keterangan dari seorang dokter tersebut dengan sontak Muchtar kaget dan sedih, artinya RSUD Smart tidak dapat mengatasi penyakit anaknya. Dengan berkaca kaca, Muchtar di depan anaknya berusaha tegar dan kuat agar anaknya tetap optimis, ujarnya pada Selasa 9/7/2024.

Penyakit tumor ganas menurut keterangan Muchtar berawal dari, ” Kala itu, anaknya jatuh biasa dan kejadian itu di tahun 223 bulan Febuari. Setelah itu, keesokan harinya tepat pagi harinya kaki anaknya yang semula jatuh biasa tiba tiba terasa sakit dan keseleo yang dirasakan oleh anaknya. Mendengar rasa sakit oleh anaknya kemudian dibawalah ke pak Dirman ahli tulang, tindakannya ke pak Dirman agar tulangnya ada kaki anaknya bisa di perbaiki. Tak hanya satu kali ia mengobarkan ke pak Dirman, berselang waktu ia kembali lagi dan mendaybantuan tongkat untuk Siti agar membantu untuk bisa berjalan”

Kata Muchtar, dengan tongkat itu dapat jalan dengan  enak dan bisa kuliah lagi namun tanpa diduga, ketika Siti hendak kerumah neneknya, ia terjatuh lagi saat itu jalan kondisi basah dan lincin setelah di guyur hujan, ia jatuh tepat di baratnya Sumur selatan rumahnya.

“Jatuh yang kedua kalinya ini membuat tulang kaki anak saya menjadi parah dan dibawa lagi ke sangkal putung pak Dirman, karena  sudah beberapa kali saya kesana kurang lebih 5 kali, akhirnya  pak Dirman angkat tangan dan menyarankan untuk dibawa ke sangkal putung di Dempo Waru.

Setelah 2 kali dibawa ke Demo Waru, tidak ada perkembangan apapun, akhirnya sepakat antara saudara saudara untuk dirujuk ke rumah sakit umum Martodirdjo,”ungkapnya.

Setelah musyawarah, Muchtar membawa anaknya ke RSUD Smart Panglegur, setibanya di rumah sakit setelah dilakukan pemeriksaan dari pihak dokter memberikan surat rujukan untuk di bawa ke rumah sakit dr. Sutomo Surabaya  untuk di lakukan oprasi karena sudah membengkak.

“Rujukan dari dokter RSUD Smart berdasarkan hasil pemeriksaan medis bahwa di kaki anak nya ada tumor ganas didalamnya,” sebutnya pada Rabu 10/7/2024.

Tak menunggu lama, Muchtar membicarakan kepada saudaranya bahwa Siti mengidap tumor ganas pada kakinya dan dapat surat rujukan dari RS Smart. Usai musyawarah akhirnya berangkatlah kami ke RS. Dr. Soetomo, setiba di rumah sakit itu pihak dokter di rumah sakit tersebut menjelaskan ini kanker ganas dan kalau tidak segera dilakukan operasi akan merambat ke jantung.

“Mendengar pihak dokter RS dr. Soetomo yang memvonis penyakit anaknya, saya melakukan pengobatan sesuai dengan prosedur dokter itu. Tak hanya satu atau dua kali dirinya mengobati anaknya ke Surabaya, saya bolak balik ke RS dr. Soetomo sampai 9 kali,”tuturnya dengan sedih.

Namun di kehitungan ke 7kalinya berobat ke RS dr. Soetomo maka para ahli dokter itu melakukan penyuntikan pada kaki anak saya yang saat itu kakinya masih kecil benjolannya ,setelah di suntik, tiba tiba bengkak pada kakinya semakin membesar. Membengkak nya yang semakin besar, saya lalu menanyakan kepada dokter itu, ” Ini kenapa dokter, kenapa semakin membengkak seperti ini”.

Kemudian dokter tersebut memberikan jawaban, ini disuntik untuk mendeteksi mana daging dan mana yang tulang karena mau dioperasi,terangnya Muchtar menirukan keterangan dokter.

*Artinya dengan bengkak itu rumah sakit menyatakan untuk kepentingan oprasi. Dokter yang menangani di rumah sakit dr. Sutomo. Dan untuk yang ke 8 kali setelah di deteksi semua setelah di periksa dan data data sudah lengkap, saya balik terakhir ke  kali akan di oprasi katanya.

Setelah kami kembali ke 9 kalinya  lalu dokter menvonis harus di amputasi,”ucapnya dengan perasaan sedih dan kecewa.

Terakhir ke Surabaya sekitar bulan 9 tahun 2023,  karena sudah di vonis harus di amputasi kami tidak sanggup,  berarti dokter itu tidak memikirkan saya  orang tidak mampu yang sudah bolak balik hingga sembilan kali ke Surabaya. Mengapa mereka tidak mengatakan disaat masih 2 atau ke 3 kali ke Surabaya,tambahnya.

Pengobatan anak saya ini, dirinya menggy BPJS, selama perawatan ke Surabaya dia mengakui di layani oleh desa sebatas mobil sigap pada saat bolak balik hingga 9 kalinya, akhirnya saya memutuskan tidak sanggup untuk di amputasi lalu saya pulang. Kata dokter  sebelum dia pulang, dokter menyarankan apabila nanti mau di amputasi silahkan balik lagi ke surabaya kapan saja, tukasnya.

Dan saya pamit kepada dokter karena saya masih pingin memikirkan terlebih dahulu, apabila keluarga sudah sepakat jelas akan di amputasi, tetapi karena seluruh keluarga tidak sepakat dan terpaksa saya mencari jalur pengobatan alternatif luar.  Alhamdulillah pengobatan alternatif dapat membuat bengkaknya bisa meletus dari bengkak itu keluarlah darah dan nanah yang semula membengkak besar menjadi lebih mengecil dari pada semula.,tuturnya.

Dijelaskan, ada saat di RS dr.Sutomo selama pemeriksaan tidak pernah dilakukan penyedotan cairan, hanya di suntik dan di ambil sample saja, hingga saya sempat marah saat di rumah sakit itu,. Kemarahan saya ini sebagai bentuk rasa sebagai orang kecil yang sudah dipermainkan oleh dokter itu karena sudah 9 kali kami bolak balik ke Surabaya.

Hasil itupun telah di sampaikan ke kepala desa, namun dari kepala desa sendiri tidak ada tindakan apapun.

“Ada satu mingguan dari sekarang ini, pihak kepala desa nya melihat anak saya

dan berusaha mengusahakan untuk di bawa ke ortopedi di Solo, itupun masih belum tau perkembangan nya karena masih menunggu dari kepala desa. Begitu pula dengan Babinsa juga mengusahakan bagaimana  anak saya agar bisa dioperasikan ke rumah sakit angkatan laut  di Surabaya, jelas nya.

Pokoknya saya kalau ke rumah sakit dr. Sutomo saya sudah trauma karena merasa di permainkan. Permasalahan kulahnya pun di permasalahkan karena biasanya harus mengikuti KKN, tetapi dia tidak bisa ikut.

Dan pihak kampus tidak memaklumi anak saya dan KKN nya harus di desa lain padahal anak saya dengan jelas dan bukti sudah nyata keadaannya seperti itu, sambungnya.

Alhasil dari turun tangan Camat Tlanakan ibu Ida mendatangi ke kampus IAIN

untuk mengklarifikasi anak saya dan  bagaimana anak saya KKN nya  mandiri istilah nya ,Alhamdulillah ibu camat berhasil melobi ke kampus, karena apabila tidak begitu bagaimana anak saya bisa ke kampus dengan  kondisi seperti ini, karena pihak kampus tidak memikirkan kondisi mahasiswa nya. Disinggung soal kepedulian dosennya, Muchtar menyampaikan kalau dari pihak kampus anak belum ada yang menjenguk anaknya, hal ini saya menerima dengan ikhlas dan mungkin  ini ujian untuk saya dan keluarga, pungkasnya.

Pos terkait